3.Mengajak Kepada Kebenaran Dan Mencegah Kemungkaran
Keterangan dan kandungan ayat:
Ayat ini menjelaskan, bahwa tidak ada kebaikan pada kebanyakan apa yang dibisik-bisikkan dan dibicarakan oleh manusia antara mereka. Jika tidak ada kebaikan, maka kemungkinannya adalah tidak bermanfaat, seperti ikut campur dalam percakapan yang sia-sia (tidak bermanfaat) sekalipun tidak dilarang. Atau bisa jadi buruk dan mendatangkan bahaya, seperti ucapan-ucapan yang dilarang, apa pun bentuknya.
Lalu Allah memberikan pengecualian sebagaimana berikut:
"Kecuali orang yang menyuruh memberi sedekah" berupa harta, ilmu atau apa saja yang mendatangkan manfaat. Bahkan boleh jadi termasuk di dalamnya, ibadah-ibadah yang manfaatnya kembali kepada pelakunya, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda nabi saw.: "Sesungguhnya setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap ucapan takbir sedekah, setiap tahlil sedekah, mengajak kepada yang makruf adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah dan menggauli istri adalah sedekah" Hadis.
"Berbuat makruf": Yaitu kebaikan, ketaatan dan segala apa yang telah diketahui kebaikannya menurut syariat dan akal.
"Mengadakan perdamaian di antara manusia", perdamaian tidak akan terjadi kecuali terdapat dua pihak yang berselisih dan bermusuhan. Pertentangan dan permusuhan hanya akan mengakibatkan kemudharatan dan perpecahan yang tidak terhingga. Oleh karena itu, syariat menyuruh berdamai jika terjadi persilihan masalah darah, harta dan harga diri.
Orang yang mengadakan perdamaian di antara manusia, lebih baik dari pada orang yang mengkonsentrasikan diri dalam salat, puasa dan sedekah.
Seorang yang mushlih, maka Allah pasti akan memperbaiki usaha dan amalannya, sebagaimana orang yang selalu berbuat kerusakan, maka Allah tidak akan memperbaiki amalannya, dan tidak akan mewujudkan maksudnya, Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan".(Yunus: 81)
Perbuatan-perbuatan ini jika dilakukan akan mendatangkan kebaikan, sebagaimana yang diisyaratkan dalam pengecualian pada ayat di atas. Namun demikian kesempurnaan pahala sesuatu perbuatan itu tergantung pada niat dan keikhlasan. Allah berfirman: "Barang siapa melakukan itu hanya untuk mengharapkan keridaan Allah, Kami akan memberinya pahala yang besar."
Lihat Tafsir Ibnu Sa‘di, halaman 165 (cetakan Luwaihiq)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar